Sabtu, 10 Desember 2016

Mengenal Kopi

Kopi


1. Sejarah
Tanaman kopi bukan merupakan tanaman asli Indonesia melainkan jenis tanaman yang berasal dari Afrika. Penyebaran tanaman kopi bermula pada 800 sebelum masehi di benua Afrika. Saat itu, tanaman kopi banyak dijumpai tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi Ethiopia. Seiring dengan popularitas minuman kopi yang mendunia, penyebaran tanaman kopi meluas ke negara-negara Arab, Eropa,
Asia dan Amerika. Di Indonesia, bibit kopi arabika pertama kali ditanam pada zaman
kolonial Belanda, sekitar tahun 1600-an. Pada tahun 1711, melalui perusahaan
dagang Belanda / VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), ekspor kopi pertama dikirim dari Pulau Jawa ke Benua Eropa. Sejak itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang membudidayakan tanaman kopi secara luas, di luar Arab dan Ethiopia.
Perdagangan kopi sempat dimonopoli oleh VOC sekitar tahun 1725 sampai 1780.
Pada tahun 1920, penanaman kopi mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil di Indonesia. Perkembangan areal perkebunan kopi semakin pesat setelah Indonesia merdeka, yakni mencakup area luar Jawa, seperti Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan daerah lainnya (Anggara & Marini, 2011). Awalnya kopi yang ditanam adalah kopi arabika dimana menghasilkan keuntungan yang melimpah. Namun belum sampai puncaknya, tiba-tiba terjadi serangan penyakit daun yang sangat ganas yang menimbulkan banyak kerugian. Serangan yang sangat parah adalah perkebunan di dataran rendah, sedang yang terdapat di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000-1.700 meter dari permukaan laut sampai sekarang masih bisa bertahan. Sehingga disimpulkan jenis arabika ini tidak cocok apabila ditanam di dataran rendah. Tahun 1900, Linden mengirimkan kopi canephora ke jawa yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama kopi robusta dari Brussel. Ternyata kopi robusta ini tumbuh baik serta lebih tahan terhadap serangan penyakit daun Hemileia vastatrix, walaupun tidak 100%. Sejak awal abad ke XX, Indonesia menghasilkan kopi arabika yang termashyur di pasaran dunia
dengan sebutan Java Coffea, akhirnya beralih pula kepada kopi robusta. Sejak itu
apabila orang berbicara tentang kopi Indonesia, maka yang dimaksud pada umumnya adalah kopi Robusta (AAK, 1988).
2.1.2 Klasifikasi
Sistematika tanaman kopi menurut Integrated Taxonomic Information System
(2011) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Infradivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies :
- Kopi Robusta : Coffea canephora Peirre ex Froehner
- Kopi Arabika : Coffea arabica L.
2.1.3 Morfologi
Tanaman kopi tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat
mencapai tinggi 12 meter. Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang
sehingga tidak mudah rebah. Namun, akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh
tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan yang batang bawahnya merupakan semaian (Najiyati & Danarti, 2001). Morfologi tanaman kopi
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.
Bunga kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum
semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang
mengandung dua bakal biji. Benang sarinya terdiri dari 5-7 tangkai yang berukuran
pendek (Najiyati & Danarti, 2001). Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging
buah terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging
(mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi
umumnya mengandung dua butir biji tetapi kadang-kadang hanya mengandung 1
butir biji atau bahkan tidak berbiji sama sekali (Najiyati & Danarti, 2001).
Daun arabika kurus, memanjang, lebih tebal, mengkilap dan berwarna gelap
hijau atau kecoklatan. Warna dan ketebalan daun arabika bervariasi dengan usia dan
status gizi. Daun robusta lebih besar daripada arabika. Daun robusta bergelombang di
bagian sisinya, berwarna hijau agak terang dan meruncing di bagian ujungnya.
Bagian bawah daun kopi memiliki bukaan mikroskopis kecil yang disebut stomata
yang digunakan untuk pertukaran gas. Melalui lubang ini tanaman dapat mengambil
CO2 dan mengeluarkan O2 dan uap air. Sisi atas daun juga memiliki stomata, tetapi
relatif sedikit dibandingkan bagian bawah. Daun tumbuh dan tersusun secara
berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak di bidang
yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Kuit et al., 2004 ;
Panggabean, 2011). Morfologi daun kopi arabika dan robusta dapat dilihat pada
gambar 2.2.
Daun kopi berdasarkan umurnya diketahui terdiri dari daun muda dan daun tua.
Daun muda merupakan daun yang masih memiliki penampilan mengkilap yang
berumur sekitar 10-30 hari. Daun tua merupakan daun yang dibentuk pada musim tanam sebelumnya, umurnya bervariasi sekitar 6 sampai 12 bulan (Kushalappa & Eskes, 1989). Menurut Salgado et al. (2008), daun muda adalah daun yang berwarna hijau terang dan teksturnya lembut yang tumbuh pada cabang plagiotrop yang terletak di bagian tengah pohon kopi. Daun muda terletak pada pasangan pertama
daun kopi. Daun tua adalah daun yang berwarna hijau tua dan teksturnya kasar yang
tumbuh pada cabang plagiotrop yang terletak di bagian tengah pohon kopi.

2.1.4 Tanaman Kopi Arabika
Tanaman kopi arabika dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1.700
meter dari permukaan laut, suhu 16-20oC dan beriklim kering tiga bulan secara
berturut-turut. Kopi arabika menguasai sekitar 70 % pasar kopi dunia dan telah
dibudidayakan di berbagai negara, terutama di negara beriklim tropis atau subtropis. Tanaman kopi arabika memiliki tinggi antara 7-12 meter. Kelemahan kopi yaitu rentan terhadap penyakit karat daun/Hemelia Vastatrix (Anggara & Marini, 2011). Tanaman kopi arabika tidak tahan dingin dan suhu minimum harus di atas 4 -
5°C. Suhu optimum untuk budidaya tumbuhan kopi arabika adalah kisaran 18-25°C. Perbungaan dimulai setelah hujan pertama dan pematangan buah memerlukan periode
kering yang bisa sampai 5 bulan. Rentang pH optimum adalah 5,4 - 6,0 (Kuit et al.,
2004).
2.1.5 Tanaman Kopi Robusta
Tanaman kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada 1898 dan mulai
masuk ke Indonesia pada tahun 1900. Walaupun kualitas buahnya lebih rendah
daripada kopi arabika, produksinya bisa lebih tinggi dari kopi arabika jika dikelola
secara intensif. Keunggulan lain dari tanaman kopi robusta diantaranya lebih resiten
terhadap serangan hama dan penyakit (khususnya penyakit Hemelia Vastatrix) dan
mampu tumbuh dengan baik pada ketinggian 400 - 700 meter dari permukaan laut
(Anggara & Martini, 2011).
2.1.6 Fitokimia
Kopi arabika memiliki banyak kandungan kimia pada bijinya seperti tanin,
alkaloid, flavonoid, koumarin, kuinon, fenol, dan minyak atsiri (Gunalan et al.,
2012). Sedangkan kopi robusta mengandung karbohidrat, senyawa nitrogen (protein,
asam amino bebas, kafein, lemak (minyak kopi, diterpen), mineral, asam, dan ester
(asam klorogenat, asam kuinat) (Farah, 2012). Dari penelitian Salgado et al. (2008)
menunjukkan bahwa kandungan fenol banyak ditemukan pada daun kopi arabika.

Sumber :

Farah, A. 2012. Coffee constituents in Coffee: Emerging Health Effects and Disease revention. First Edition. United Kingdom : Blackwell Publishing Ltd.

Salgado, P. R., Favarin, J. L., Leandro, R. A., & Filho, O. F, L. 2008. Total Phenol
Concentrations in Coffee Tree Leaves during Fruit Development. Scientia and
Agricola, 65 (4) : 354-359.

Gunalan, G., Myla, N. & Balabhaskar, R. 2012. In Vitro Antioxidant Analysis of
Selected Coffee Bean Varieties. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 4 (4) : 2126-2132.

Anggara, A. & Marini, S. 2011. Kopi Si Hitam Menguntungkan, Budi Daya dan
Pemasaran. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Kuit, M., Thiet, N. V., & Jansen, D. 2004. Manual forArabica Cultivation. Vietnam :
Tan Lam Agricultural Product Joint Stock Company.

AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta : Kanisius.

Najiyati & Danarti. 2001. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar