Sabtu, 10 Desember 2016

Penjelasan rambut, shampo dan formulasinya

KONDISI FISIOLOGIS ATAU PATOGIS
1. Kerusakan rambut
Serat rambut berisi sebuah korteks pusat yang sebagian besar merupakan serat, dikelilingi 8-10 lapisan sel yang tumpang tindih dan disebut kutikula. Korteks bertanggung jawab atas kekuatan rambut sedangkan daerah kutikula mempengaruhi hair feel, kilau, dan kemampuan untuk disisir.
Fungsi utama dari pengkondisian yaitu untuk memproteksi bagian struktural rambut, khususnya kutikula dari kerusakan. Kerusakan ini ditandai oleh menipisnya rambut, pecah-pecah, dan lepasnya sel kutikula. Hal tersebut merupakan tanda yang kebanyakan ditemukan pada permukaan rambut yang rusak.
Sebuah contoh yang sedikit ekstrim dari kerusakan saat menyisir dapat dilihat pada gambar 1 yang menunjukkan hasil dari sebuah percobaan pada sebuah rambut yang dicuci dengan sampo kemudian disisir 700 kali ketika masih basah. Rambut pada keadaan basah akan lebih rapuh. Menyisir pada kondisi ini akan menghasilkan kerusakan yang besar. Hal ini dapat dilihat dari luasnya kutikula yang rusak dan banyak sel yang terangkat dari permukaan. Pada bagian-bagian tertentu juga terlihat beberapa sel  benar-benar robek.
 Kemampuan agen pengkondisian untuk memproteksi rambut dari berbagai kerusakan yang dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar 2 menunjukkan hasil dari percobaan menyisir rambut sebanyak 700 kali pada keadaan basah setelah dicuci dengan sampo bersama pengkondisian. Pada kondisi ini agen pengkondisian pada sampo mengurangi kerusakan yang disebabkan olen penyisiran. Pada permukaan rambut dapat dilihat sedikit menipis dan sedikit terpecah.
a. Kerusakan rambut dan permukaan kutikula
Kerentanan serat rambut terhadap kerusakan membutuhkan jenis pengkondisian yang efektif untuk mencegahnya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui tentang agen pengkondisian yang dibutuhkan pada permukaan rambut dan bagaimana pengaruhnya.
Virgin hair adalah rambut yang tidak mendapatkan perawatan dengan bahan kimia tertentu. Permukaan kutikula dari virgin hair pada kondisi yang baik adalah hidrofobik. Rambut juga memiliki struktur protein dan berisi muatan negatif hidrofilik. Campuran dari sifat hidrofilik dan hidrofobik akan membutuhkan jenis agen pengkondisian yang dapat berikatan dengan rambut.
Muatan negatif pada virgin hair meningkat dari akar ke ujung. Hal ini merupakan hasil dari oksidasi sistin pada rambut menjadi sistin-S-sulfonat dan asam sisteat karena terpapar radiasi sinar UV matahari. Bagian ujung rambut akan lebih tua dari bagian akar.
Selain karena sinar UV, proses menyisir dengan keras juga mampu memberikan kerusakan pada rambut. Gaya yang dihasilkan dari proses menyisir akan meningkat dari akar ke ujung. Oleh karena itu bagian ujung rambut yang lebih tua akan mengalami kerusakan lebih besar. Hal ini akan menyebabkan kerusakan ikatan kovalen lapisan lipid dan memberikan rasa kering di ujung rambut. Oleh karena itu bagian ujung rambut memerlukan lebih pengkondisian. Tanpa pengkondisian yang memadai, lapisan kutikula akan hilang dan patah.
b. Perawatan kimiawi permukaan rambut
Perawatan kimiawi, perming, bleaching, dan pengecatan permanen dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada serat rambut. Selain itu dapat juga menyebabkan kerusakan pada kekuatan rambut itu sendiri. Semua perawatan rambut meliputi tahap oksidasi, memodifikasi permukaan rambut, mengenalkan muatan negatif yang hasilnya berupa oksidasi sistin menjadi asam sisteat. Hal ini dapat merubah permukaan serat rambut dari hidrofobik menjadi hidrofilik.
Semua perawatan juga dapat meningkatkan perubahan permukaan yang menjadikan gaya gesek ketika menyisir lebih besar. Hasilnya adalah rambut terasa kasar dan kering. Oleh karena itu perawatan rambut secara umum membutuhkan lebih  daripada virgin hair.
2. Pembersihan rambut
Rambut dapat menjadi kotor, antara lain dikarenakan proses bawaan kulit kepala, berkeringat, sekresi sebum, pengendapan zat asing yang timbul baik dari pencemaran  lingkungan (debu dan kontaminan udara lainnya) maupun dari sisaproduk penataanrambuts epertiminyak, wax maupun spray rambut. Penghilangan sebum  merupakan kunci utama dalam proses pembersihan rambut.
Kelenjar sebaceous yang melekat pada masing-masing folikel rambut menyediakan pasokan sebum ke permukaan rambut. Ekskresi sebum dipengaruhi oleh hormonal dan mencapai keadaan maksimal pada saat puberitas. Pembersihan yang  memuaskan hanya dapat dicapai dengan menggunakan larutan berair dari deterjen. Dalam arti luas, semua bahan yang digunakan dalam pembersihan adalah air dan pelarutlainnya, sabun dansurfaktan sintetik, garam dan abrasive dapat dianggap sebagai deterjen. Namun istilah 'deterjen' terbatas pada akitvagen permukaan yang ditambahkan untuk menurunkan tegangan permukaan sehingga efektif dalam membersihkan kotoran.
Senyawa yang mampu menurunkan tegangan permukaan tersebut tersusun atas kelompo khidrofilik dan hidrofobik yang berfungsi sebagai agen pengemulsi. Pada intinya pembersihan kotoran dari rambut sama dengan proses pencucian kain. Tidak ada informasi yang tepat saat ini tersedia untuk mekanisme yang dominan dalam pembersihan rambut. Dalam banyak hal, sebagian besar produk shampoo diformulas ikan untuk bekerja pada kondisi yang beragam dari aksi deterjen, sehingga menjamin keberhasilan pembersihan mereka.

SHAMPO
Pembersihan rambut jelas merupakan unsur dominan kebersihan pribadi dan ketika diperkuat oleh aspek  penampilan menarik makadapat menjadikan stimulus yang kuat dan sangat berharga. Keramas telah menjadi faktor utama dalam menjaga estetika rambut. Shampo memiliki fungsi umum untuk membersihkan rambut minyak berlebih, keringat, maupun sisa produk penata rambut seperti gel dan spray rambut. Proses pembersihan rambut dapat dilakukan rentang waktu  beberapa menit dan  menjadikan  rambut bersih dan bebas dari kusut dan diharapkan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan ketika muncul banyakbusadanrambut terlihat terwat setelah dibersihkan dan aromanya menyegarkan.

a. Komponen Shampoo
Bahan Shampoo
Shampoo terdiri dari larutan, emulsi, atau dispersi dari satu atau lebih surfaktan dengan beberapa bahan tambahan untuk meningkatkan kinerja dan estetika produk. Komposisi formula sampo terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama terdiri dari surfactant dan co- surfactant sebagai agen surface-active. Bahan tambahan terdiri dari sumber nutrisi, penstabil pH, thickening agent sebagai agen pengontrol viskositas, pengawet untuk stabilisasi produk, fragrance untuk memperkuat karakter produk, dan pelarut.
a. Surfaktan
Surfaktan adalah elektrolit rantai panjang dan biasanya diklasifikasikan menurut sifat gugus hidrofiliknya.
1. Surfaktan Anionik
Sabun adalah garam dari asam lemak dan dahulu biasa digunakan sebagai shampo. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak, dapat membersihkan dengan baik serta membuat rambut dalam kondisi yang baik. Sementara dalam air keras atau air sadah maka sabun akan sukar berbuih, kalaupun berbuih, buihnya sedikit. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Surfakatan An-ionik sering disebut sabun adalah surfaktan yang mengandung muatan ion negative.
Alikyl sulfates adalah anion yang sering digunakan pada shampoo , menghasilkan busa yang banyak dan mampu membersihkan tanpa terpengaruh oleh air keras . Lauryl sulfate adalah bahan yang mendominasi disebagian besar formulasi sampo dalam bentuk amonium atau garam trietanol amonium pada tingkat 6 sampai 18 % b / b. Alkyl sulfates pada konsentrasi tinggi cenderungan mengiritasi kulit kepala dan menghilangkan beberapa komponen lemak pada kutikula rambut. Untuk membuat sampo berbasis alkil sulfat ringan maka sering dimodifikasi dengan penambahan surfaktan amfoter.
Alkil eter sulfat adalah produk sulfat dari alkohol lemak teretoksilasi. Alkil eter sulfat lebih larut dalam air dibandingkan alkil sulfat dan merupakan solubilizers yang sangat baik untuk wewangian serta cocok untuk formulasi sampo jernih. Pada konsentrasi yang lebih tinggi akan teretoksilasi dalam sampo bayi.
Sulfonat alfa - olefin adalah campuran kompleks yang dihasilkan dari proses sulfonasi alphaolefins. Deterjen ini berbusa sangat baik pada sebum, efektif pada berbagai pH dan lebih efektif dibandingkan surfaktan lain untuk kulit dan iritasi mata. Surfaktan anionik lainnya meliputi sulfat alkilmonogliserida dan alkil sulfosuccinates.
2. Surfaktan nonionik
Surfaktan Non-ionik adalah surfaktan yang tidak mengandung muatan ion, baik ion negative atau positif (netral). Umumnya, dikombinasikan dengan surfaktan an-ionik. Memiliki daya pembentuk busa yang kecil, merupakan pelarut yang baik dan juga mudah terdispersi. Biasa digunakan untuk pembersih utama.
Beberapa contoh surfaktan nonionuk, seperti : Alkanolamida disusun oleh kondensasi dari asam lemak (biasanya laurat) dan alkanolamina primer atau sekunder. Fungsi dalam formulasi sampo yaitu menstabilkan busa dan meningkatkan konsistensi busa. Aminoksida dibentuk oleh oksidasi lemak amina tersier dan digunakan dalam shampoo terutama pembentuk busa.  Surfaktan terpolietoksilasi merupakan kelompok terbesar surfaktan nonionik dan termasuk turunan teretoksilasi dari alkilfenol, alkohol lemak, ester lemak, dan digliserida. Memiliki daya detersif baik dan sifat pembersihan, tetapi karena sedikit berbusa, penggunaannya telah dibatasi untuk pelarut wewangian sampo dan bahan tambahan oleophilic lainnya.
3. Surfaktan Amphoterik
Sering disebut sebagai amfolitik, surfaktan ini mengandung kationik dan anionik dalam satu molekul. Kekuatan surfaktan tergantung pada pH, sifat mereka,
seperti potensi berbusa, kelarutan. Kebanyakan amphoterics adalah turunan dari imidazolina atau betaine. Mereka cukup kompatibel dengan anionik, nonionik atau surfaktan kationik dan telah banyak digunakan untuk memformulasi sampo bayi dan sebagai agen pengontrol komponen anionik yang dapat mengiritasi.

b. Bahan Tambahan Sampo
Digunakan untuk meningkatkan estetika serta meningkatkan efektifitasnya. Pengental terdiri dari berbagai macam senyawa yang digunakan untuk meningkatkan viskositas formulasi, memodifikasi konsistensi dari cairan kental ke gel. Bahan yang paling sering digunakan adalah elektrolit seperti natrium klorida, alkanolamida dan turunan selulosa yang larut dalam air, seperti karboksimetilselulosa, hidroksietilselulosa, polimer vinil carboksi dari jenis Carbopol, polivinil alkohol, dan getah alam, seperti tragacanth. Magnesium aluminium silikat dapat digunakan sebagai pengental dan agen antiketombe. Bahan opasitas berfungsi untuk memberikan penampilan pearlescent atau buram pada sampo.
Fungsi pengawet adalah untuk menghambat perkembangan bakteri. Contoh pengawet yaitu, formaldehida, metil dan propil parabenes, DMDM hydantoin, quaternium - 15, dan lain-lain. Penambahan alkohol ( etanol , isopropanol ) atau glikol mungkin diperlukan untuk mempertahankan kejernihan shampoo, sementara agen seperti EDTA dapat mencegah pembentukan sabun larut kalsium atau magnesium ketika sampo dibilas ke rambut. FD & C dan D & C merupakan pewarna yang biasanya ditambahkan untuk meningkatkan estetika formulasi sampo.

FORMULASI SHAMPO
1. Shampo khusus
Shampo untuk bayi diharuskan untuk tidak mengiritasi kulit kepala dan mata. kebanyakan shampo untuk bayi menggunakan detergen amfoter. Derivat tersebut seperti imidazoline, betaine, dan sulfobetain biasanya dikombinasikan dengan surfaktan nonionik dari golongan eter alkohol polioksietilasi untuk mendapatkan formula yang tidak pedih.Shampo antiketombe diformulasi untuk menghilangkan dan mengurangi desquamation pada kulit kepala dengan menggunakan bahan uang tepat. Bahan – bahan pada shampo anti ketombe contohnya antimikroba seperti garam amonium kuartener yang berfungsi sebagai agen keratolitikum, contohnya asam salisilat dan sulfur. Bahan antiseborrheic seperti resorsin dan batu arang. Sudah  lebih dari 20 tahun sampo antiketombe mengandung selenium sulfide atau zinc pyrithione sebagai zat aktif antiketombesering digunakan, dilihat dari efikasi produk dan estetika formulasi.
Contoh formulasi sampo pada umumnya

2. Formula Produk
Pada umumnya, formulasi shampo merupakan sistem aqueous yang  sederhana dan karakteristik fisik yang bisa diterima. Selain itu shampo cair yang transparan atau bening memberikan kesan dapat lebih membersihkan, padahal formula yang opaque (buram) dengan viskositas sedikit tinggi (kental) merupakan syarat shampo yang bermutu. Gel transparan biasanya dijual dalam tube yang fleksibel yang mudah digunakan dan dibawa saat berpergian.

EVALUASI DAN KEAMANAN
Sebagai formulator, efektivitas mengembangkan prototipe shampo sedang dievaluasi di laboratorium menggunakan prosedur pengujian yang ditetapkan. Dengan demikian, kemampuan membentuk busa  dan busa karakteristik diukur di hadapan dan tidak adanya sebum, mendapatkan beberapa wawasan ke dalam aspek detersif formula. Sifat rambut keramas, sehubungan dengan berkilau, mudah disisir, bentuk, dan keringanannya, yang dinilai bersama-sama dengan evaluasi subjektif dari penampilan rambut. Potensi keberhasilan formulasi adalah dalam penggunaan di pasaran. Dengan demikian, evaluasi konsumen terhadap produk baik dengan panelis di luar atau di-dalam fasilitas pengujian sangat penting. Preferensi konsumen untuk aroma tertentu adalah sangat penting dan komentar mereka mengenai karakteristik estetika shampo dan nuansa rambut keramas bila dikombinasikan dengan hasil tes laboratorium.
Bahan Shampo tidak menimbulkan bahaya tertentu yang berkaitan dengan kulit atau mata keselamatan. Ketika terkena mata harus mudah dihilangkan dengan pembilasan air. Potensi iritasi beberapa surfaktan telah diteliti. Sebagian besar produsen harus membuat ketentuan untuk mengevaluasi produk mereka untuk kulit dan iritasi mata.

Contoh Formulasi dan Uji secara In Vitro
Bahan dari alam banyak yang bisa dimanfaatkan dalam formulasi shampo. Misalnya jeruk nipis berpengaruh terhadap penyembuhan penyembuhan ketombe kering  di kulit kepala. Contoh lain adalah ekstrak bunga chamomile dengan hidroksi propil metil selulosa bisa digunakan sebagai pengental pada shampo. Pada pemformulasian dilakukan evaluasi dari sampo yang dibuat dengan apegenin yang dijelaskan sebagai berikut.

Pemeriksaan bahan baku
Pemeriksaan kandungan apigenin dalam ekstrak bunga chamomile dilakukan secara kromatografi lapis tipis (KLT) dibandingkan dengan apigenin pembanding. Larutan apigenin pembanding dan larutan ekstrak bunga chamomile ditotolkan sebanyak 10 µl pada fase diam silika gel GF254 dengan jarak rambat 10 cm dan fase gerak toluena-kloroform-aseton (8:5:7). Lempeng dideteksi di bawah sinar ultraviolet 254 nm(6). Terhadap bahan tambahan yang terdiri dari hidroksi propil metil selulosa ((Methocel® F4M), natrium lauroil sarkosinat, asam sitrat, dinatrium EDTA, metil paraben, propil paraben, propilen glikol, PEG-40 hydrogenated castor oil, dilakukan pemeriksaan berdasarkan monografi masing-masing bahan.
Pembuatan dispersi  Methocel® F4M. Methocel® F4M dengan konsentrasi 0,5; 1,0 ;1,5; 2,0; dan 2,5% dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam gelas piala yang berisi air suling panas (suhu 60–70oC) sejumlah 1/3 volume sediaan, sambil diaduk dengan homogenizer pada kecepatan 50, 100, 150, dan 200 rpm selama 30, 60, dan 90 menit. Kemudian, viskositas dan homogenitas larutan Methocel® F4M diukur. Kadar Methocel® F4M, kecepatan dan waktu pengadukan yang menghasilkan viskositas yang optimum serta homogenitas yang maksimal digunakan untuk pembuatan basis sampo.
Formulasi sediaan sampo.
Formula sampo.

Optimasi homogenitas sediaan sampo
 Dispersi Methocel® F4M dicampurkan dengan bahan tambahan lain dan bahan aktif kemudian dihomogenisasi dengan  homogenizer dengan kecepatan 1000, 1100, dan 1200 rpm selama 10 menit, sehingga didapatkan kecepatan  yang optimal untuk menghasilkan sediaan yang homogen dengan tinggi busa minimum.

Pembuatan sediaan sampo
Hidroksi propil metil selulosa (Methocel F4M) didispersikan sedikit demi sedikit dalam air panas (60–70°C), diaduk menggunakan homogenizer dengan kecepatan 100 rpm selama 60 menit sesuai konsentrasi dan didinginkan sampai suhu 20–25oC atau lebih rendah, sehingga dihasilkan larutan hidroksi propil metil selulosa. Natrium lauroil sarkosinat, ekstrak bunga  chamomile, dinatrium EDTA yang telah dilarutkan dalam air, serta metil dan propil paraben yang telah dilarutkan dalam propilen glikol, ditambahkan ke dalam larutan hidroksi propil metil selulosa (Methocel® F4M), dihomogenkan  dengan homogenizer pada kecepatan 1000 rpm dan waktu 10 menit. Parfum frangi pani yang dicampur dengan PEG-40-hydrogenated castor oil ditambahkan ke dalam sediaan tersebut, dihomogenkan dengan homogenizer pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit. Sisa air suling ditambahkan ke dalam sediaan sampai batas tanda di dalam wadah, lalu dihomogenkan dengan homogenizer pada kecepatan 1000 rpm selama 10 menit. Keasaman disesuaikan dengan penambahan asam sitrat tetes demi tetes sampai pH 6,30 menggunakan pH-meter.

Evaluasi sampo
Pengamatan organoleptis
Pengamatan dilakukan terhadap setiap perubahan homogenitas, aroma, dan warna sediaan sampo ekstrak bunga  chamomile. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar (28-30oC), 40oC dan dingin (6-7oC) setiap minggu, selama 6 minggu penyimpanan.

Pengukuran viskositas
Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield tipe LV dengan mengamati angka pada skala viskometer dengan kecepatan tertentu. Penentuan sifat alir dilakukan dengan menentukan viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm). Sifat alir ditetapkan dengan cara membuat kurva antara kecepatan geser (rpm) dengan gaya (dyne/cm²), data yang diperoleh diplotkan pada kertas grafik antara gaya (x) dan kecepatan geser (y) kemudian ditentukan sifat alirnya. Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu kamar (28-30°C), 40°C dan dingin (6-7°C).

Pengukuran bobot jenis
Bobot  jenis diukur menggunakan piknometer pada suhu  ruang. Bobot jenis dari 0,1% larutan formula diukur untuk menghitung faktor koreksi dalam menentukan tegangan permukaan formula. Pengukuran bobot jenis menggunakan piknometer yang dilengkapi termometer dengan cara sebagai berikut: ditimbang saksama piknometer kosong (A), piknometer berisi air suling (B), dan piknometer berisi 0,1% larutan formula (C). Bobot jenis sediaan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pengukuran tegangan permukaan
Tegangan permukaan 0,1% larutan sediaan dalam air suling diukur menggunakan alat tensiometer cincin du-Nuoy. Faktor koreksi cincin dihitung dengan bantuan rumus berikut:

OSRuk adalah tegangan permukaan yang belum dikoreksi dalam dyne/cm, D adalah bobot jenis cairan uji dalam g/cm³, dan f adalah faktor koreksi tegangan permukaan. Harga OSRuk yang terukur, dikalikan dengan faktor yang terhitung, menghasilkan tegangan permukaan absolut dalam dyne/cm.

OSabs  adalah tegangan permukaan absolut yang sudah dikoreksi dan f adalah faktor koreksi tegangan permukaan. Pengukuran tinggi busa dalam air suling dan air sadah. Tinggi busa dari 0,1% larutan sediaan dalam air suling diukur menggunakan alat pengukur tinggi busa. Pengukuran dilakukan dengan metode sederhana yang akan memberikan hasil yang dapat disamakan dengan tes Ross Miles, sebagai berikut: Sediaan sampo ekstrak bunga chamomile 0,1% dalam air suling dimasukkan ke dalam gelas ukur tertutup 100 ml dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan. Tinggi busa yang terbentuk diamati, dan 5 menit kemudian diamati kembali stabilitasnya. Prosedur pengukuran tinggi busa dalam air sadah serupa  dengan pengukuran tinggi busa dalam air suling, namun air yang digunakan adalah air sadah yang dibuat dengan melarutkan 2,33 g kalsium karbonat dan 1,16 g magnesium karbonat dan ditambahkan asam klorida tetes demi tetes hingga larut, kemudian ditambahkan air suling.

Pengukuran pH
Keasaman  (pH) sediaan diukur menggunakan pH-meter. Sebelumnya, pH-meter dikalibrasi dengan larutan pH 7 (dapar fosfat ekimolal) dan pH 4 (dapar kalium biftalat), kemudian elektroda pH-meter dicelupkan hingga ujung elektroda tercelup semua dalam sediaan dan angka yang terbaca menjadi stabil. Angka yang menunjukkan nilai pH tersebut dicatat.

Kemasan
Kemasan yang digunakan adalah botol kaca tidak tembus cahaya 100 ml.

Dari beberapa evaluasi didapatkan beberapa informasi bahwa komponen aktif dalam ekstrak larut air bunga chamomile, yaitu 1,3,4-trihidroksi flavon atau apigenin, digunakan untuk mencerahkan dan mengkilapkan rambut pirang. Pada penelitian ini akan dibuat sampo cair jernih. Viskositas dan sifat alir yang diharapkan dari sampo mempunyai viskositas yang tinggi dalam wadah tetapi mudah dituang dan tersebar .
Hidroksi propil metil selulosa (HPMC) yang mempunyai sifat alir pseudoplastis dapat berfungsi sebagai pengental dan penstabil busa dengan cara gelatinasi. Struktur HPMC mengentalkan dan memperkuat dinding sehingga memperlambat kecepatan dalam mengalir. Selain itu, karena lebih jernih dibanding selulosa lainnya, HPMC dapat digunakan untuk pembuatan sedían sampo jernih. Kelebihan lain dari HPMC adalah sifatnya yang tidak terpengaruh oleh elektrolit, dapat tercampurkan dengan pengawet, dan kisaran pH-nya yang luas.
Bahan-bahan lain yang ditambahkan dalam formula sampo ekstrak bunga chamomile adalah surfaktan, pengkhelat logam, peningkat pH, pengawet, dan parfum. Surfaktan yang digunakan adalah natrium lauroil sarkosinat karena  bersifat tidak mengiritasi, tidak toksik, penghasil busa yang kuat, dan lembut. Dinatrium EDTA digunakan untuk mengkhelat logam-logam yang terdapat dalam air atau bahan lain sehingga dapat mencegah berkurangnya efektivitas surfaktan. Asam sitrat digunakan untuk mencapai pH sampo dan pH stabilitas ekstrak yang baik, yaitu 5-9. Kombinasi senyawa turunan hidroksi benzoat digunakan sebagai pengawet karena mempunyai kisaran pH dan spektrum antimikroba yang luas. Untuk meningkatkan kelarutan metil dan propil paraben, digunakan propilen glikol dengan konsentrasi 5%. Parfum yang digunakan dalam sampo ini adalah parfum frangi pani yang tidak larut atau bercampur sehingga perlu ditambahkan surfaktan sebanyak jumlah parfum yang digunakan untuk menghasilkan sediaan sampo yang jernih dan stabil. Salah satu surfaktan yang banyak digunakan dalam sediaan sampo adalah PEG-40 hydrogenated castor oil yang stabil dalam pembawa air.

Pemeriksaan bahan aktif
Pada tahap awal pembuatan sampo dilakukan pemeriksaan bahan baku. Hasil pemeriksaan bahan aktif (apigenin dalam ekstrak bunga chamomile) disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, ekstrak bunga chamomile dapat digunakan dalam penelitian pembuatan sampo. Hasil pemeriksaan bahan aktif  apigenin dalam ekstrak bunga  chamomile secara kromatografi lapis tipis (KLT) disajikan pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Kromatogram ekstrak bunga chamomile dengan fase gerak toluen-kloroform-aseton ( 8-5-7 )
Pemeriksaan  bahan tambahan.
Hasil pemeriksaan bahan tambahan yang meliputi hidroksi propil metil selulosa (Methocel® F4M), natrium lauroil sarkosinat, dinatrium EDTA, asam sitrat, metil paraben, propil paraben, propilen glikol, PEG-40-hydrogenated castor oil menunjukkan bahwa bahan-bahan tambahan ini memenuhi syarat Evaluasi sediaan. Berdasarkan data hasil pengukuran viskositas dan homogenitas dispersi Methocel® F4M dengan konsentrasi 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%, dapat disimpulkan bahwa waktu dan kecepatan pengadukan yang optimal adalah 60 menit dan 100 rpm. Homogenitas sediaan sampo yang optimal yaitu jernih, homogen, dan tidak berbusa, dihasilkan pada kecepatan homogenisasi 1000 rpm selama 10 menit.

Pengamatan organoleptik
Hasil pengamatan organoleptik sediaan sampo ekstrak bunga chamomile formula I sampai dengan formula VI menunjukkan bahwa semua formula praktis stabil selama 6 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28–30oC),  40oC, dan dingin (6–7oC), kecuali formula VI yang pada minggu ke-3 sampai minggu ke-6 terjadi kekeruhan  pada penyimpanan suhu kamar (28–30oC) dan 40oC. Parameter sediaan cair yang stabil secara umum adalah tidak mengalami pemisahan, tidak terbentuk endapan dan gumpalan, serta tidak mengalami perubahan warna dan bau.

Pengukuran viskositas
Hasil pengukuran viskositas menunjukkan, semakin besar konsentrasi hidroksi propil metil selulosa (Methocel® F4M) semakin meningkat viskositas sediaan. Peningkatan suhu diketahui menurunkan viskositas sediaan dan penurunan suhu meningkatkan viskositas sediaan. Pengukuran viskositas sampo ekstrak bunga chamomile formula V (konsentrasi Methocel® F4M 2%) dibandingkan dengan sediaan sampo sejenis di pasaran menunjukkan sediaan formula V memiliki viskositas 2080 cPs, mendekati viskositas sampo pembanding, yaitu 2810 cPs. Berdasarkan rheogram sampo ekstrak bunga chamomile, didapatkan sifat alir sediaan sampo ekstrak bunga  chamomile mengikuti aliran pseudoplastis, yaitu viskositas menurun dengan peningkatan kecepatan geser dan kurva melewati titik (0,0) atau rate of shear yang terendah. Hal ini sesuai dengan sifat alir bahan pengental hidroksi propil metil selulosa (Methocel® F4M) yang mengikuti sifat alir pseudoplastis.

Pengukuran bobot jenis
Berdasarkan pemeriksaan bobot jenis, semua formula sampo ekstrak bunga  chamomile memenuhi persyaratan bobot jenis yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia untuk sediaan sampo, yaitu minimal 1,02. Pengukuran bobot jenis dilakukan sebagai uji pendahuluan pengukuran tegangan permukaan. Tegangan permukaan dipengaruhi oleh surfaktan yang digunakan. Salah satu kriteria sampo yang baik adalah dapat menurunkan tegangan permukaan air dari 78 dyne/cm menjadi 40 dyne/cm pada rentang konsentrasi 0,1–0,2%, atau maksimum mempunyai tegangan permukaan 27-46 dyne/cm pada konsentrasi 1%. Tegangan permukaan dari sediaan sampo yang diteliti ini berkisar 28,98-35,25 dyne/cm.

Pengukuran tinggi busa
Pengamatan tinggi busa dilakukan segera setelah pengocokan dan 5 menit kemudian.  Hal  ini diperlukan karena sampo, karena tinggi busa tidak menunjukkan kemampuan dalam membersihkan. Hal ini lebih terkait pada persepsi psikologis dan estetika yang disukai oleh konsumen. Parameter tinggi busa sangat tergantung pada surfaktan yang digunakan, kesadahan air, suhu ruang saat pengukuran, waktu pendiaman, dan konsentrasi hidroksi propil metil selulosa (Methocel® F4M) dalam formula sampo, yang juga berfungsi  sebagai penstabil busa.

Pengukuran pH
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan pH pada sediaan sampo ekstrak bunga chamomile setelah 6 minggu penyimpanan. Meskipun demikian, perubahan tersebut masih berada di dalam batasan persyaratan pH sampo (5,0–9,0) dan pH stabilitas ekstrak bunga chamomile (5,5–6,5).  Keasaman (pH) sediaan yang diamati selama 6 minggu berkisar antara 6,15–6,47. Pada proses pembuatan sampo ekstrak bunga chamomile ditambahkan asam sitrat untuk menurunkan pH sediaan yang terlalu basa sehingga pH-nya sesuai dengan persyaratan pH sampo dan pH stabilitas ekstrak bunga chamomile.pengamatan tinggi busa 5 menit setelah terbentuknya busa menunjukkan stabilitas busa yang terbentuk. Tinggi dan stabilitas busa sediaan sampo dalam air suling adalah 0,85–3,80 cm. Sementara itu, tinggi dan stabilitas busa dalam air sadah adalah 0,75–3,70 cm. Hasil pengukuran tinggi busa mencerminkan kemampuan suatu deterjen untuk menghasilkan busa. Pengukuran tinggi busa merupakan salah satu cara untuk pengendalian mutu suatu produk deterjen agar sediaan memiliki kemampuan yang sesuai dalam menghasilkan busa. Tidak ada syarat tinggi busa minimum atau maksimum untuk suatu sediaan.
Sebum juga mempengaruhi rambut. Di bawah ini gambar gambar rambut yang tanpa sebum dan dengan sebum.

Formula yang ada di Pasaran
1. Shampoo Pantene Pro V
Water
Sodium Laureth Sulfate
Sodium Lauryl Sulfate
Sodium Chloride
Dimethicone
Glycol Distearate
Cocamidopropyl Betaine
Fragrance
Sodium Citrate
Cocamide MEA
Sodium Xylenesulfonate
Citric Acid
Guar Hydroxypropyltrimonium Chloride
Sodium Benzoate
Tetrasodium EDTA
Polyquaternium-76
Panthenol
Panthenyl Ethyl Ether
Hydrochloric Acid
Methylchloroisothiazolinone
Methylisothiazolinone

2. Formula Lifebuoy
Water
Myristic Acid
Lauric Acid
Potassium Hydroxide
Potassium Chloride
Sodium Laureth Sulfate
Palmitic Acid
Perfume
Glycol Distearate
Cocamidopropyl Betaine
Glycerin
Hydroxypropyl Methylcellulose
Helianthus Annuus ( sunflower) seed oil
Sodium Chloride
Tetrasodium EDTA
BHT
Pentasodium Pentetate
Etidronic Acid
Glyceril Laurate
Capric Acid
Triclocarbon
Citric Acid
Sodium Benzoate
Methylisothiazolinone
Terpineol
Thymol
PEG-40 Hydrogenated Castor Oil
Sodium Hidroxide
Trisodium NTA
Curcuma romatica Root Oil
Trideceth-9
Prunus Persica ( Peach) Juice
Prunus Amygdalus Dulcis ( sweet almond) oil
Dried Cream
Xanthan Gum
Lavandula
Angustifolia ( lavender)
Dari produk shampo di atas kedua shampo sudah memakai bahan bahan formula yang sesuai. Hanya ada perbedaan pada beberapa bahan tambahan yang digunakan untuk memberi kharakteristik tersendiri untuk setiap produk.

Daftar Pustaka

1. Barel Q, Paye M., dan Howard I. Maibach.2001. Handbook of Cosmetic Science and Technology. New York : Marcel Dekker, Inc.

2. Faizatun, Kartiningsih dan Liliyana.2008. Formulasi Sediaan Sampo Ekstrak Bunga Chamomile dengan Hidroksi Propil Metil Selulosa sebagai Pengental. Jurnal Ilmu Kefarmasian  Indonesia. 6(1) : 1693-1831.

3. Mainkar R. Dan Jolly I. 2001. Formulation of Natural Shampoos. International Journal of Cosmetic Science.69 (2001) : 59-62.

4.Kumar A. dan Mali R. 2010. Evaluation Of Prepared Shampoo Formulations And To Compare Formulated Shampoo With Marketed Shampoos. International Journal of  pharmaceutical sciences review and research 3 (1):0976-044X.


















































 
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar