SITOSKELET
Deskripsi
Pada bab ini akan dipelajari
struktur dan fungsi sitoskelet. Komponen penyusun sitoskelet terdiri dari
mikrotubulus, mikrofilamen dan filamen intermediet. Sitoskelet berperan dalam
pergerakan sel seperti sitokinesis, gerak amuboid serta kontraksi pada sel
otot.
Kompetensi dasar
Mengidentifikasi
struktur dan fungsi sitoskelet sebagai
dasar dalam pergerakan sel.
PENDAHULUAN
Sitoskelet atau rangka sel
merupakan filamen-filamen non spesifik yang umum terdapat pada semua sel membentuk
jalinan pada daerah sitoplasma. Sitoskelet terdiri dari mikrofilamen, filamen
intermediat dan mikrotubulus. Organel kecil ini dikenal setelah digunakannya
mikroskop elektron (Gambar 4.1)
MIKROTUBULUS
Struktur
Mikrotubulus
memiliki bentuk silinder dengan diameter luarnya ± 30 nm dan lumernya 1 14 nm
dengan ketebalan dindingnya 8 nm. Panjangnya bervariasi tergantung dari tipe
sel dan spesies, namun kadang-kadang dapat mencapai 1000 kali tebalnya yaitu
hingga 25 µm, namun tidak memiliki cabang. Dinding dari mikrotubulus tersusun
dari 9-14 protofilamen/protofibril yang identik (Gambar 4.2).
Setiap sub unit adalah
merupakan suatu dimer (Gambar 4.2.) dengan berat molekul protein 110.000 -
120.000.
Protein
tubulin dibedakan atas 2 macam, yaitu:
-
Tubulin
α
-
Tubulin
β
Struktur
monomer dari tubulin oc tidak sama dengan tubulin (3. Satu dimer dapat terdiri
dari 2 monomer identik disebut homodimer, atau 2 monomer yang berbeda disebut
heterodimer (monomer tubulin α+ monomer tubulin β).
• Protofilamen merupakan kesatuan, dapat
dari homodimer atau heterodimer, tergantung jenis atau sifat dari mikrotubulus
yang bersangkutan.
• Pasangan sub unit (heterodimer α dan
heterodimer β) membentuk suatu heliks. Colehieine yang merupakan suatu alkaloid
memiliki kemampuan bergabung pada subunit mikrotubulus dan juga menghambat
asosiasinya membentuk mikrotubulus. Merupakan penyebab terhambatnya pembelahan
sel pada stadium metafase.
Dimer tubulin memiliki tempat
berikatan dengan GTP (guanosine tryphosphate) dan tempat untuk alkaloid
penghambat polimerisasi (colchicine, vinblastine, podophylline). Suhu dingin
dan jenis alkaloid yang telah disebutkan sebelumnya menyebabkan depolimerasi
dari mikrotubulus. Fiksasi colchicine menyebabkan pemendekan, selanjutnya
mikrotubulus menghilang oleh kegagalan polimerisasi. Polimerisasi dapat terjadi
oleh kehadiran GTP dan Mg++. Polimerisasi berawal dari satu kecambah
inti (bakal inti) yang berbentuk cincin (tersusun dari tubulin).
Tubulin-tubulin bersatu pada eksteremitas dari cincin dan selanjutnya memulai
membentuk protofilamen primer, sekunder, dan seterusnya membentuk satu
mikrotubulus berdinding terbuka. Bilamana protofilamen semua telah terbentuk,
dinding tertutup dan mikrotubulus yang kecil tersebut selanjutnya memainkan
perannya lag] sebagai kecambah (bakal ). Kecamhah atau bakal disebut sebagai
Microtubule Organizing Centers (MTOCs). Lokasi dan orientasinya menentukan pola
pertumbuhan dari organel.
MTOCs memiliki beberapa bentuk
seperti yang terdapat pada sentriol, capsule basal, kromosom, dan lain-lain.
Fungsi
Mikrotubulus
terlibat dalam:
a. Pergerakan kromosom selama pembelahan sel.
b. Transport senyawa atau bahan-bahan
intraselular
c. Morfogenesis sel
d. Mempertahankan bentuk sel
e. Pergerakan dari sel (cilia dan flagella)
f. Migrasi vakuola endositosis
g. Pembebasan partikel-partikel sekresi
h. Polaritas selular
i. Mempertahankan struktur membran sel
MIKROFILAMEN
Struktur
Pengamatan
dengan mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrofilamen ukurannya lebih pendek
dari mikrotubulus yaitu panjangnya 1-2 µm dan tebal 5-7 nm. Struktur dari
mikrofilamen berhubungan dengan fungsinya, tersusun dari protein actin.
Actin
terdapat dalam 2 bentuk yaitu:
a. Actin-G dalam bentuk globular dengan berat
molekul 42.000 Da dan dicirikan oleh kandungan asam amino N-methylhistidine.
b. Actin-F dalam bentuk fibrilair.
Bila
konsentrasi Mg++ dan ATP meningkat, actin-G terpolimerasi menjadi
actin-F, membentuk suatu double helix yang berdiameter 7 nm dan jarak 72 nm.
Polimerisasi tersebut her jalan seperti berikut:
- Suatu
molekul ATP melekat pada actin-G. Molekul actin-G yang aktif bersatu pada satu
molekul ADP.
- Molekul
actin-G aktif membentuk dua untai berpilin. ADP melekat pada setiap monomer
berfungsi sebagai regulator allosterik.
Actin-F
terdapat dalam semua sel-sel nonanusculer (jaringan sub-membraner sumbu
microvilli) berasosiasi dengan molekul lain seperii speetrin, a,-actinin dan
vinculin. Actin berpartisipasi pada organisasi myofibril dan sel muscular
skelet atau myocyte cardiac.
Fungsi
Actin-F
berperan dalam pembentukan sitoskeleton dan pergerakan selular. Dalam
pembentukan sitoskeleton actin F antara lain bertindak sebagai factor
gelifikasi (perekat), menyebabkan sitoplasma tetap dalam bentuk gel. Faktor
gelasi. ABP (Actin Binding Protein) dan Filamen memodifikasi viscoelastisitas
dari sitoplasma dengan menginduksi, melalui hubungan dengan berkas actin,
pembentukan suatu jaringan yang rigid. Dengan demikian menyebabkan terbentuknya
semacam skeleton dan sitoplasma yang senantiasa dalam kondisi gel.
Dalam
pergerakan sel, actin-F berperan secara aktif pada mekanisme kontraksi oleh
adanya 2 kofaktor yaitu:
- Tropomyosine (protein fibrilair yang terdapat di antara setiap
molekul actin)
- Troponine (protein globular melekat pada
satu bagian ekstremitas molekul tropomyosine)
Di samping itu dimungkinkan
pula oleh adanya filamen myosine yang tersusun dari molekul myosine yang
mengandung 4 rantai polipeptida (2 panjang dan 2 pendek). Kedua rantai
polipeptida memintal satu dengan yang lain membentuk heliks. Filamen myosin
memiliki panjang yang bervariasi, umumnya pendek pada sel non-muskular dan
kadang dapat mencapai 1,5 mikrometer pada sel muscular yang berdiferensiasi.
Filamen myosine terdiri dari meromyosine yang dibedakan lagi atas yang
meromyosin ringan (LMM) dan meromyosin berat (HMM). Meromyosine
berat merupakan jembatan terputar ("cross
bridge") menuju eksterior, dalam bentuk heliks yang berjarak 42.9 rim.
Heliks aktin merupakan struktur dari myofilamen tipis. Meromyosine berat
terdiri dari 3 sub fragmen yaitu 1 subfragmen S2 (batang) dan 2 sub fragmen SI
(kepala globular). Segmen S1 memiliki sifat yaitu melekat pada actin dan
menerima ATPase myosin oleh adanya Ca++ . Energi yang diperlukan
untuk kontraksi diperoleh dari penguraian ATP oleh ATPase. Transisi antar
istirahat (relaksasi) dan kontraksi bergantung pada konsentrasi ion Ca bebas di
sekitarnya. Jika tidak ada Ca2+, maka protein regulator (tropomyosin
dan berbagai troponin) nenghalangi interaksi antara aktin dan mryos?n.
Mekanisme kontraksi (interaksi
antara aktin dan myosin) dan relaksasi (tidak ada interaksi antara aktin dari
myosin) dari filamen myosine terjadi tanpa adanya modifikasi dari ukurannya,
menyebabkan meluncurnya filamen actin. Sel eukariot mengandung aktin dalam
konsentrasi yang tinggi dan myosin berkonsentrasi yang rendah. Filamen aktin
dan myosin terdapat pada amuba sehingga diketahui berperan dalam pergerakan amuba
yaitu dengan kontraksi frontal.
FILAMEN
INTERMEDIAT
Struktur
Memiliki struktur fibriler
dengan diameter antara 7 dan 11 nm menghubungkan antara mikrotubulus dan
mikrofilamen. Filamen intermediat tidak ditemukan pada semua tipe sel.
Dibedakan atas beberapa kelompok utama dari filamen intermediat. Filamen
intermediat umumnya terdiri dari 31 asam amino, memiliki bagian yang heliks dan
menyerupai jarum. Bagian pusat dikelilingi oleh amino dan karboksil
terminal.
Filamen intermediat dapat dibedakan atas 2 berdasarkan
struktur biokimianya
yaitu:
1.
Homopolimer
yang termasuk protein seperti:
-
Vimentine (sel mesenchim): karakteristik dari sel
mesenchim, terutama fibroblast, fibrocyte, chondrocyte dan sebagainya.
-
Desmine
(sel otot): Terdapat pada sel muscular pada lapisan tengah dari dinding
vascular.
-
Gilial
Fibrillary Acidic protein/GFA (astrosit): Spesifik pada sel gilial, sel
neuroectodermis yang berperan antara lain dalam jaringan nervus.
2.
Heteropolimer yang dibedakan atas sitokeratin (epitel)
dan neurofilamen (sel saraf). Jenis protein yang membentuk filamen intermediat
member) karakteristik sel dan jaringan yang dibentuk.
Fungsi
Pada
sebagian sel, filamen intermediat mempunyai peranan struktural mikrotubulus,
mikrofilamen dan filamen intermediat berinteraksi dalam sel untuk membentuk
suatu sitoskeleton.
MOTILITAS
SEL (GERAKAN SEL)
Pengamatan
dengan menggunakan mikroskop elektron mengungkapkan bahwa pada umumnya matriks
sitoplasma sel eukariot mengandung kerangka sel yang tersusun dalam struktur
yang berdimensi 3. Mikrotubulus, organel-organel mikrotubuia dan mikrofilamen
memainkan peranan dalam pembelahan sel (sitokenesis) dan pergerakan sel
(motilitas sel). Organel sel yang terbentuk dari susunan mikrotubulus beberapa
di antaranya merupakan organel transitoris seperti aster dari spindle yang
timbul dan menghilang pada daur mitosis dan miosis. Sedang organel yang permanen
adalah seperti cilia, flagella, basal body dan sentriol.
a.
Sitokenesis
Mikrotubulus bermula di dalam
sitoplasma tanpa lokalisasi yang pasti dan mengarah radial dari nukleus.
Penampakannya berupa filamen lurus atau kurva dan berakhir di permukaan sel.
Filamen ini menghilang oleh depolimerisasi apabila diberikan pertakuan colchicinin,
atau pendinginan. Selanjutnya dapat timbul atau nampak kembali bila diberi
perlakuan sebaliknya yaitu akan nampak pada daerah sentrofer yakni daerah yang
mengandung sentriot. Sentrofer merupakan pusat organisasi mikrotubulus. Pada
sel yang memasuki fase mitosis mikrotubulus sitoplasma menghilang dan diganti
oleh benang-benang spindle dan aster.
b. Gerakan membran
Gerakan
yang berlokalisasi pada membran nampak oleh peran dari tilamen actin. Fenomena
yang paling jelas adalah tonjolan-tonjolan halus ini adalah mikrovilli yang
terdiri dari sekitar 24-30 mikrofilamen. Mikrovilli ini secara teratur
memanjang dan memendek ke dalam epitelium intestinal. Mikrofilamen yang
menyusun mikrovilli, berkelompok oleh adanya interaksi dari fimbrin dan villin.
Kelompok mikrofilamen tersebut tersusun parallel di sepanjang mikrovilli dan
terbenam dalam membran plasma pada bagian ujung mikrovilli. Tidak ditemukan
adanya myosin dalam mikrovilli namun terdapat anyaman mikrofilamen yang disebut
jaring terminal yang mengandung myosin. Interaksi myosin dan actin menyokong
mikrovilli dan membentuk mekanisme kontraksi yang memendekkan mikrovilli.
c. Gerakan silia dan flagella amuboid
Organel
silia dan flagella berperanan dalam motilitas sel. Flagella bentuknya panjang
menonjol keluar sel, umumnya jumlahnya sedikit. Terdapat di ujung atau di perm
ukaan sel. Silia bentuknya pendek dan jumlahnya banyak.
Protozoa banyak yang mempunyai
flagella atau cilia. Demikian pula spermatozoa dari metazoa bergerak oleh karena
adanya flagella. Pada permukaan dalam dari saluran pencernaan makanan
pernafasan dan sebagian saluran reproduktif memiliki silia epitel.
Mekanisme pergerakan sel yang
amuboid yaitu melibatkan tahap penjuluran membran dan daya rekat/adherence yang
menyebabkan sitoplasma sel mengalir ke depan. Aksi tersebut melibatkan peran
dari mikrofllamen aktin. Pereobaan yang dilakukan dengan penambahan
sitochalasin B nampak bahwa tidak terjadi gerakan amuboid. Gerakan amuboid
diduga melibatkan sistem kontraksi oleh aktin dan myosin seperti halnya juga
pada sel otot.
Kontraksi Otot
Otot rangka berbentuk silindris dengan tebal antara 10 – 40 µm dengan panjang
dapat mencapi 40 mm serta mengandung ratusan nukleus. Oleh karena itu sel otot
rangka biasa disebut serabut otot. Serabut otot memeiliki banyak nukleus yang
disebabkan oleh fusi mononukleat mioblas pada embrio.
Penampang
melintang serabut otot terlihat seperti kabel yang tersusun dari banyak sekali
serabut halus berbentuk silindris yang disebut dengan myofibril. Miofibril
dipisahkan satu sama lain oleh oleh suatu sistem membran yang mengandung
mitokondria, lipid droplet dan granula glikogen.Setiap myofibril mengandung
unit kontarktil yang berulang yang disebut dengan sarkomer. Setiap sarkomer tersusun dengan pola khas pita dan garis yang
meperlihatkan gambaran gelap terang (lurik). Pengamat pada serabut otot yang
diwarnai dengan menggunakan mikroskop elektron pola overlapping pada sebagian
dari dua tipe filament yang berbeda, yang disebut dengan filament tipis dan
tebal. Setiap sarkomer memanjang dari garis Z sampai garis Z berikutnya dengan
beberapa daerah pita gelap dan terang, seperti terlihat pada gambar di bawah.
Sarkomer memiliki sepasang pita
terang, I band, yang berada di
sebelah luar yang mengapit daerah yang lebih gelap, A band, di mana A band mengapit
H zone yang berwarna lebih terang. Pada bagian tengah H zone terdapat garis M (M line). I band mengandung
filament tipis sedangkan A band
mengandung filament tebal. Bagian luar daerah A dan H saling tumpang tindih dan
mengandung kedua macam filamen. Penampang melintang pada daerah yang saling
tumpang tindih memperlihatkan bahwa filamen tipis tersusun heksagonal
mengelilingi setiap filamen tebal di mana setiap filamen tipis terletak di
antara dua filamen tebal.
MODEL SLIDING FILAMENT
Semua
otot rangka melakukan kontarksi dengan memendek. Unit kontraksi (pemendekan)
adalah sarkomer, yang menyebabkan pemebdekan seluruh otot. Petunjuk penting
yang mendasari mekanisme kontraksi otot adalah pola gelap terang dari sarkomer
pada berbagai tahap proses kontraksi. Pada satu serabut otot yang memendek, A
band relative memiliki panjang yang tetap, sedangkan H band dan I band
mengalami pemendekan kemudian tampak menyatu. Pada saat pemendekan terjadi Z
line tampak saling berdekatan serta semakin berdekatan dengan ujung luar dari A
band hingga tampak berhubungan satu sama lain.
Berdasarkan
pengamatan di atas, dua kelompok peneliti Inggris, Andrew Huxley dan R.
Niedergerke serta Hugh Huxley dan Jean Jason mengajukan model untuk kontraksi
otot. Menurut mereka, kontarksi otot
tidak disebabkan oleh pemendekan filamen tetapi sebih disebabkan oleh sliding
satu sama lain. Sliding filamen tipis pada sentral sarkomer dalam pengamatan
menunjukkan menjadi penyebab peningkatan daerah yang saling tumpang tindaih
antar filamen dan menyebabkan pemendekan I dan H band.
Komposisi dan susunan miofilamen
Filamen
tipis dari sarkomer terutama mengandung aktin sedangkan filamen tebal
mengandung miosin. Protein lainyang banyak erdapat dalam serabut otot adalah titin, suatu molekul yang memiliki berat
lebih dari 3 juta dalton dan memiliki panjang lebih dari 1 µm serta merupakan
protein terbesar yang pernah diamati. Titin berasal dari M line dan memanjang
sepanjang filamen miosin menuju ke A
band dan berakhir pada Z line.
Selain aktin, filamen tipis
mengandung dua protein lain yaitu tropomisin dan troponin. Tropomiosin
merupakan suatu molekul yang panjangnya bisa mencapai 40 nm, sedangkan troponon
suatu protein yang berbentuk globular yang tersusun atas 3 subunit. Setiap
filemen tebal tersusun atas beberapa ratu molekul miosin besama sejumlah kecil
protein lain. Filamen tebal memiliki polaritas yang berlawanan dan terdapat
pada bagian tengan sarkomer yang berhubungan pada M line (lihat pada gambar di
atas). Pusat dari filamen disusun oleh
ekor molekul miosin yang letaknya berlawanan arah dengan daerah kepala.
RANGKUMAN
Sitoskelet atau rangka sel merupakan
filamen-filamen non spesifik yang umum terdapat pada semua sel membentuk
jalinan pada daerah sitoplasma. Sitoskelet terdiri dari mikrofilamen, filamen
intermediat dan mikrotubulus
Mikrotubulus
memiliki bentuk silinder dengan diameter luarnya ± 30 nm dan lumernya 1 14 nm
dengan ketebalan dindingnya 8 nm. Panjangnya bervariasi tergantung dari tipe
sel dan spesies, namun kadang-kadang dapat mencapai 1000 kali tebalnya yaitu
hingga 25 µm, namun tidak memiliki cabang.
Mikrofilamen
ukurannya lebih pendek dari mikrotubulus yaitu panjangnya 1-2 µm dan tebal 5-7
nm. Struktur dari mikrofilamen berhubungan dengan fungsinya, tersusun dari
protein actin.
LATIHAN
- Jelaskan fungsi sitoskelet
- Sebutkan macam-macam komponen penyusun sitoskelet
- Jelaskan perbedaan antara mikrotubulus, mikrofilamen dan filament intermediet.
- Bagimanakah perbedaan pergerakan otot dan non otot
- Jelaskan mekanisme kontraksi
SENARAI
Sitoskelet : rangka
sel berbentuk filamen yang terdiri dari 3 macam yaitu mikrotubulus,
mikrofilamen dan filamen intermediet. Berfungsi antara lain sebagai penyokong,
rangka berbagai macam jenis sel dan pergerakan sel
Mikrotubulus
organization center : suatu struktur yang
berperan dalam pembentukan mirotubulus.
Mirotubulus : berbentuk
silindris, dengan diameter 25 nm di mana dindingnya tersusun atas heterodimer
αβ-tubulin yang tersusun sejajar.
Mikrofilamen : berbentuk
solid, dengan tebal 8 nm, suatu rangka sel yang tersusun atas protein aktin
yang tersusun secara double helix dan berperan dalam pergerakan dan kontraksi
sel.
Miofibril : berbentuk
silidris tipis, menyusun serabut otot. Setiap myofibril tersusun atas unit
kontraktil yang berulang-ulang yang disebut sarkomer dan memberikan gambaran
gelap terang pada otot.
Serabut otot : sel otot rangka, disebut serabut otot karena
berbentuk seperti serabut dengan inti yang banyak dan tersusun atas ratusan
serat tipis berbentuk silindris.
Sarkomer : Suatu unit kontraksi dari myofibril yang
memberikan gambaran gelap terang pada otot.
Filamen tipis :
Satu dari dua macam filamen yang
memberikan cirri khas bagi sarkomer. Mengandung aktin yang tersusun heksagonal
di sekeliling filamen tebal. Setiap filamen tipis terdapat di antara filamen
tebal.
Filamen tebal : Satu dari dua macam filamen yang memberikan
cirri khas bagi sarkomer. Mengandung miosin yang tersusun mengelilingi filamen
tipis.
Tubulin : Protein yang menyusun dinding mikrotubulus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar